Minggu, 14 Oktober 2012

TORCH

TORCH adalah istilah yang mengacu kepada infeksi yang disebabkan oleh (Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes simplex virus II (HSV-II) dalam wanita hamil. TORCH merupakan singkatan dari Toxoplasma gondii (toxo), Rubella, Cyto Megalo Virus (CMV), Herpes Simplex Virus (HSV) and other diseases. Infeksi TORCH ini sering menimbulkan berbagai masalah kesuburan (fertilitas) baik pada wanita maupun pria sehingga menyebabkan sulit terjadinya kehamilan. Infeksi TORCH bersama dengan paparan radiasi dan obat-obatan teratogenik dapat mengakibatkan kerusakan pada embrio. Beberapa kecacatan janin yang bisa timbul akibat TORCH yang menyerang wanita hamil antara lain kelainan pada saraf, mata, kelainan pada otak, paru-paru, mata, telinga, terganggunya fungsi motorik, hidrosepalus, dan lain sebagainya.
TORCH tidak hanya berkaitan dengan masalah kehamilan saja. TORCH juga bisa meyerang orang tua, anak muda, dari berbagai kalangan, usia, dan jenis kelamin. TORCH bisa menyerang otak (timbul gejala sering sakit kepala misalnya), menyebabkan sering timbul radang tenggorokan, flu berkepanjangan, sakit pada otot, persendian, pinggang, sakit pada kaki, lambung, mata, dan sebagainya.

Diagnosis

Diagnosis dilakukan dengan tes ELISA. Ditemukan bahwa antibodi IgM menunjukkan hasil positif 40 (10.52%) untuk toksoplasma, 102 (26.8%) untuk Rubella, 32 (8.42%) untuk CMV dan 14 (3.6%) untuk HSV-II. Antibodi IgG menunjukkan hasil positif 160 (42.10%) untuk Toxoplasma, 233 (61.3%) untuk Rubella, 346 (91.05%) untuk CMV dan 145 (33.58%) untuk HSV-II.

Penyebab utama dari TORCH sebagian besar adalah hewan-hewan yang ada di sekitar kita seperti kucing, ayam, burung, tikus, kambing, sapi, anjing, babi, dan lainnya yang mengandung virus dan parasit TORCH di dalam darahnya. Hewan-hewan tersebut bisa sebagai pembawa langsung TORCH melalui interaksi dengan manusia, dan bisa juga sebagai perantara (pembawa tak langsung) TORCH melaui kotorannya.

Kotorannya yang mengandung TORCH bisa mencemari tanah, sehingga juga bisa mencemari sayuran yang tumbuh di tanah. Kotoran hewan yang terinfeksi TORCH bisa terbang terbawa bersama lalat, serangga atau burung dan menempel pada makanan, kemudian makanan tersebut masuk ke dalam mulut manusia dan hidup dalam darah manusia.
Kita tentu sering mendengar bahwa toxo adalah virus kucing. Padahal toxo sebenarnya bukan merupakan virus melainkan parasit yang hidup dalam darah. Beberapa penelitian di dalam maupun di luar negeri menyebutkan bahwa sekitar 70 % penyebab penyakit TORCH ini berasal dari kotoran kucing.


TORCH menganggu kesuburan tak hanya bagi wanita, namun juga bagi pria. Pada wanita TORCH menginfeksi sel telur sehingga sel telur dan inti sel menjadi rusak, mengecil dan tidak bisa dibuahi. Infeksi tersebut pada wanita juga bisa menyebabkan timbulnya miom, penyumbatan atau pelengketan saluran telur sehingga sel telur tidak bisa dibuahi dan mengakibatkan sulitnya terjadi kehamilan. Sementara pada pria, TORCH menginfeksi sel sperma sehingga akan memperburuk dan menurunkan kualitas sperma, mengurangi kekentalan sperma, dan menurunkan kemampuan gerak (motilitas) sel sperma sehingga sulit mencapai sel telur.


Lalu, bagaimana penularan TORCH melalui manusia satu ke manusia lainnya?
Toxo karena bukan merupakan virus maka tidak menular melalui hubungan seksual kepada pasangan. Toxo bisa menular pada keturunan (misalnya ibu hamil ke bayi yang dilahirkannya nanti). Sedangkan Rubella, CMV, dan Herpes bisa menular ke pasangan (suami atau istri) melalui hubungan seksual, karena merupakan virus. Selain hubungan seksual, penularan Rubella, CMV, dan Herpes juga dapat melalui air liur, keringat, urin, darah, dan Air Susu Ibu (ASI).


Gejala-gejala terinfeksi TORCH pada masa kehamilan misalnya timbul flek berkepanjangan pada wanita hamil, janin tidak berkembang, hamil anggur, atau bayinya meninggal pada trimester akhir kehamilan, dan seringkali menimbulkan keguguran. Namun ada juga kasus dimana infeksi yang terjadi pada ibu hamil tidak disertai dengan gejala dan akan berlalu begitu saja tanpa diketahui. Satu-satunya cara yang bisa dilakukan untuk mengetahui apakah seseorang terinfeksi TORCH adalah dengan pemeriksaan darah di laboratorium.
Kemungkinan terinfeksi TORCH pada trimester pertama cukup kecil (sekitar 15 %), namun tingkat kerusakannya cukup parah, seperti janin cacat bahkan kematian. Pada trimester kedua kemungkinan terinfeksi TORCH lebih besar, namun tingkat kerusakannya tidak separah bila terinfeksi pada trimester pertama. Sedangkan kemungkinan terinfeksi TORCH pada trimester ketiga cenderung paling besar, namun resiko kerusakan atau bahaya yang ditimbulkan lebih kecil, namun tetap berbahaya.


Bahaya TORCH tidak hanya berkaitan dengan masalah kehamilan saja. TORCH juga bisa meyerang orang tua, anak muda, dari berbagai kalangan, usia, dan jenis kelamin. TORCH bisa menyerang otak (timbul gejala sering sakit kepala misalnya), menyebabkan sering timbul radang tenggorokan (seperti yang dulu selalu penulis alami), flu berkepanjangan, sakit pada otot, persendian, pinggang, sakit pada kaki, lambung, mata, dan sebagainya. Meskipun demikian, kita tidak bisa langsung menyimpulkan seseorang pasti terkena TORCH bila menderita salah satu penyakit yang telah disebutkan di atas. Diperlukan pemeriksaan yang valid dan akurat melalui pemeriksaan darah di laboratorium, yaitu dengan mendeteksi adanya antibodi dalam darah.

Biaya pemeriksaan TORCH secara keseluruhan di laboratorium berkisar antara 1-2an juta. Anda tentu bisa menanyakan hal ini langsung ke laboratorium yang ingin dituju. Hasil pemeriksaan sering menunjukkan nilai TORCH dengan indikator antibody IgG dan IgM.
IgG merupakan bentuk antibody penghalang yang dihasilkan tubuh, yang bertugas menangkap semua bibit penyakit untuk menghambat penyebarannya. Sementara IgM merupakan bentuk antibody tubuh yang timbul setelah perkembangan penyakit dihambat, yang bertugas untuk menangkap sisa bibit penyakit yang tertinggal. Dengan kata lain bila terinfeksi TORCH, tubuh menghasilkan IgM terlebih dahulu, baru kemudian membentuk IgG.

Antibodi IgG dan IgM ini memiliki nilai ambang batas, dimana apabila nilai IgG atau IgM melebihi nilai ambang batasnya disebut bernilai positif, dan sebaliknya. Nilai ambang batas tersebut biasanya tertera pada hasil pemeriksaan laboratorium.
Apabila IgG positif dan IgM negative disimpulkan infeksi sudah lama terjadi. Bila IgG negative dan IgM positif disimpulkan infeksi baru saja terjadi. Namun, apabila IgG dan IgM dua-duanya positif maka disimpulkan bahwa infeksi sedang berada pada tahap manifest, yaitu sudah terjadi infeksi namun waktunya belum terlalu lama. Untuk itu, pada kasus IgG dan IgM dua-duanya positif sebaiknya juga dilakukan pemeriksaan aviditas IgG anti toksoplasmosis. Bila nilai aviditas IgG rendah, hal itu menunjukkan infeki tersebut baru terjadi, dan bila aviditas IgG tinggi merupakan tanda adanya antibodi lampau (infeksi sudah lama terjadi).

Wanita hamil yang sudah posistif terinfeksi TORCH sebaiknya juga melakukan pemeriksaan Protein C Reaktif (PCR). Pemeriksaan ini memiliki sensitivitas yang cukup tinggi untuk dapat mendeteksi TORCH pada darah, amnion (cairan ketuban), cairan otak. Hal tersebut nantinya dapat digunakan untuk mendeteksi apakah ada kelainan pada janin yang dikandung sehingga bisa segera diberikan penanganan yang tepat.

Pengobatan TORCH secara medis diyakini bisa dengan menggunakan obat-obatan seperti isoprinocin, repomicine, valtrex, spiromicine, spiradan, aciclovir, azithromisin, klindamisin, alancicovir, dan lainnya. Namun tentu pengobatannya membutuhkan biaya yang sangat mahal dan waktu yang cukup lama. Selain itu, terdapat pula cara pengobatan alternatif yang mampu menyembuhkan penyakit TORCH ini, dengan tingkat kesembuhan mencapai 90 %. Hal ini berdasarkan pengalaman pribadi penulis.

Pengobatan TORCH secara medis pada wanita hamil dengan obat spiramisin (spiromicine), azithromisin dan klindamisin misalnya bertujuan untuk menurunkan dampak (resiko) infeksi yang timbul pada janin. Namun sayangnya obat-obatan tersebut seringkali menimbulkan efek mual, muntah dan nyeri perut. Sehingga perlu disiasati dengan meminum obat-obatan tersebut sesudah atau pada waktu makan.
Berkaitan dengan pengobatan TORCH ini (terutama pengobatan TORCH untuk menunjang kehamilan), menurut medis apabila IgG nya saja yang positif sementara IgM negative, maka tidak perlu diobati. Sebaliknya apabila IgM nya positif (IgG bisa positif atau negative), maka pasien baru perlu mendapatkan pengobatan. Namun, menurut beberapa sumber dan juga berdasarkan pengalaman pribadi penulis, apabila ingin sembuh dari TORCH dan ingin mendapatkan kehamilan yang lancar, baik IgG dan IgM harus dua-duanya bernilai negative. Oleh karena itu, sebelum hamil sebaiknya pasien harus benar-benar sembuh terlebih dahulu dengan IgG dan IgM keduanya bernilai negative, baru kemudian merencanakan kehamilan. Hal ini tentu amat berguna untuk mendapatkan kehamilan yang sehat dan lancar.

Lalu, bagaimana cara pencegahan agar tidak terkena TORCH?
Cara yang paling efektif adalah dengan sebisa mungkin menghindari hal-hal yang bisa menyebabkan terinfeksi TORCH. Perilaku hidup bersih amat dibutuhkan. Misalnya, mencuci tangan sebelum makan, mencuci makanan daging dan sayuran sampai bersih kemudian dimasak sampai matang (jangan setengah matang, apalagi mentah), sedapat mungkin menjauhi hewan-hewan yang bisa menularkan TORCH. Apabila ingin memelihara hewan seperti kucing dan anjing misalnya, harus benar-benar dirawat dan dijaga kebersihannya. Pastikan juga hewan-hewan tersebut dalam kondisi yang baik dan sehat.

Bagi wanita yang ingin hamil, selain perlu menghindari pencetus-pencetus terinfeksinya TORCH juga perlu melakukan pemeriksaan TORCH dan kondisi kesehatan lainnya. Pastikan Anda dan pasangan bebas dari TORCH guna mendapatkan kehamilan yang lancar, sehat bagi Ibu dan janin yang dikandung. (ST)

 sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/TORCH . 
                http://informasitips.com/torch-waspadai-bahaya-dan-infeksinya

0 komentar:

Posting Komentar